PDM Kabupaten Kudus - Persyarikatan Muhammadiyah

 PDM Kabupaten Kudus
.: Home > Sejarah

Homepage

Sejarah Masuknya Muhammadiyah ke Kudus

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN MUHAMMADIYAH CABANG KOTA KUDUS TAHUN 1920-2013
 
sumber: Skripsi Herry Purnomo, FAI UMSurakarta 2014   (eprints.ums.ac.id/29030/9/naskah_publikasi.pdf)
 
 
A. Sejarah Muhammadiyah Masuk ke Kota Kudus.
 
Sejarah masuknya Muhammadiyah di Kudus secara umum dan masuknya Muhammadiyah Kecabang Kota Kudus secara khusus yaitu diawali dengan adanya seorang pedagang rokok, dari seorang utusan yang bernama Bapak Sumardi sebagai tangan kanan pengusaha rokok yang berdagang sampai ke Surabaya dan Malang. Berawal dari seorang pedagang rokok yang di dalam dirinya tertanam oleh budaya orang Kudus Kulon yaitu dengan julukan jigang (ngaji an dagang) maka besar kemungkinan beliau juga bersinggungan dengan Syariat Dagang Islam dan Muhammadiyah karena dulu KH Ahmad Dahlan adalah seorang pedagang.
 
Muhammadiyah yang berdiri pada tahun 1912 berkembang di Yogyakarta namun faham tersebut sudah sampai ke pelosok Jawa termasuk didalamnya adalah Kota Kudus. Hanya saja faham tersebut belum diizinkan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk menyebarkan faham tersebut keluar Yogyakarta. Pada tahun 1921 Muhammadiyah diberi izin oleh pemerintah Hindia Belanda maka pada tahun itu juga berdirilah Cabang Muhammadiyah di Malang dan Blora. Setelah tahun 1921 maka berdirilah cabang Muhammadiyah di Jakarta, Surakarta, Purwokerto, Pekalongan, dan Pekajangan pada tahun 1922.
 
Tidak lepas dari faktor di atas faham Muhammadiyah masuk di Kota Kudus dibawa oleh seorang pedagang. Berkat dari Bapak Sumardi, Muhammadiyah masuk ke Kota Kudus melalui perdagangan. Didalam berdagang, Bapak Sumardi bukanlah sendirian melainkan mempunyai teman berdagang dari Kudus yaitu Bapak Dul Majid. Dimana dulunya namanya sama yaitu Sumardi setelah pulang dari ibadah haji beliau ganti nama yaitu H Dul Majid karena rumahnya berada di sebelah kidul masjid (selatan masjid). Bapak Dul Majid dulu membawa barang dagangan sendiri yaitu rokok cap Komar.
 
Dulu Kota Kudus sebagai kota yang berada di Karisisdenan Pati. Muhammadiyah berkembang disana dengan beberapa ranting yang menerima paham ini. Paham Muhammadiyah yang berkembang dikalangan orang-orang pedagang rokok juga berkembang melalui tali ikatan keluarga misalnya pernikahan dan dakwah melalui keluarga terlebih dahulu. Bentuk menyebarnya paham ini terlebih dahulu berkembang di daerah sekitar menara atau dahulu sering disebut dengan Kudus Kulon. Itu bisa dilihat sampai sekarang struktur letak dan penyebaran pendidikan hampir sebagian besar berada di Kudus Kulon. Karena pada tahun berkembanganya Muhammadiyah yaitu antara tahun 1912 sampai 1930 Kudus sebagai Kota kecil yang warganya ada disekitar Menara Kudus dengan ciri khas bangunan yang tinggi dan sangat dekat satu dengan yang lainya. 
 
 
Perkembangan Muhammadiyah diawali dengan tumbuhnya ranting-ranting yang sekarang sudah menjadi cabang tersendiri yakni ranting Gebog, Jati, Kota, dan Pasuruhan yang letaknya juga tidak jauh dengan Kudus Kulon. kemudian Kudus menjadi salah satu Cabang Muhammadiyah dari Ekskarisidenan Pati. Dari perkumpulan ranting-ranting itu Muhammadiyah yang dipunggawai oleh H. Dul Majid, H Syafi’I, H Nawai, dan H Jahid mulai berkembang dengan adanya pengajian pengajian yang di adakan dirumah Bapak Umar Said salah satu menantu dari raja kretek M. Niti Sumito yang rumahnya di sebelah barat sungai yang sering disebut dengan rumah kembar. Setelah itu terjadilah perdebatan kecil yang berujung panjang antara KHR. Asnawi dengan H. Dul Majid yang membahas tentang syirik, khurofat, bid’ah dan takhayul, juga memperdebatkan permasalahan ibadah-ibadah. 
 
Setelah terjadinya perdebatan tersebut muncullah para tokoh baru yang kebanyakan adalah seorang pemuda yang berhati tulus untuk mengadakan gerakan perubahan dalam segala aspek, pendidikan, budaya, sosial, diantara para tokoh pemuda tersebut adalah H Abdul Qodir, H M. Mashadi, Mener Kalian, dan Mener Sajid. Padasaat itu Bapak. H, Abdul Qodir adalah seorang pengusaha rokok yang hampir mengalami gulung tikar lalu ia mewakafkan tanahnya untuk dibangun sebuah sekolah , dan akhirnya berdirilah sekolah Muhammadiyah. 
 
Muhammadiyah berdiri di Kudus awalanya adalah sebagai Cabang Kudus yang bisa dipastikan sama berdirinya Muhammadiyah di Cabang Blora pada tahun 1921 secara resmi di akui oleh pemerintahan Belanda pada saat itu. Namun paham ini lebih dahulu berkembang ke masyarakat melalui perdagangan dan pengajian. Akhirnya paham ini mengispirasikan untuk mendirikan SD Muhammadiyah pada tahun 1920 yang bertujuan untuk mengantisipasi adanya misionaris belanda yang pada saat itu sudah memiliki sekolah HIS Maden Biebel, kemudian Muhammadiyah mendirikan sekolah HIS Moehamadien Maden Qur’an. 
 
Tantangan Muhammadiyah pasca berdirinya di Kudus adalah terjadinya serangan dari kalangan umat muslim sendiri dari orang-orang yang tidak menyukai dengan paham Muhammadiyah.berupa olok-olokan dan berbagai hinaan yang dilakukan oleh kalangan muslim sendiri hingga mangkafirkan orang yang paham dengan Muhammadiyah, setelah berdirinya Hisbul Wathon, maka tudingan lebih tajam lagi dengan sebutan Wahabi. Tantangan Muhammadiyah terhadap orang-orang penjajah adalah tekanan adanya misionaris, dan berhubungan denagan tentara belanda jika mengadakan perkumpulan yang mencurigakan. 
 
 
B. Perkembangan Muhammadiyah Cabang Kota 
1. Fase Awal Antara Tahun 1920 Sampai Dengan Tahun 1980 
 
Muhammadiyah di Cabang Kota Kudus masih dalam satu kesatuan jadi Kudus setatunya adalah Cabang dan pada saat ini Muhammadiyah belum beitu banyak hanya ada di masyarakat perkotaan saja. Pada tahun ini model dakwah yang berkembang adalah pengajian, lalu pada fase ini juga Muhammadiyah sudah memiliki amal usaha pendidikan dari dari tinggakat SD dan SMP. Diantaranya adalah SD Muhammadiyah yang berdiri tahun 1920 dan SMP Muhammadiyah satu Kudus yang berdiri tahun 1946. Dan di susul MI muhammadiyah satu yang berdiri tahun 1950 dan kemudian di susul dengan MI Muhammadiyah dua tahun 1961. Muhammadiyah pada saat ini tidak di temukan dokumen-dokum tertulis di karenakan Muhammadiyah di Cabang Kota pada saat itu selalu berpindah-pindah tempat belum mempunyai skretariatan yang tetap sehingga dokumen-dokumen tertulis tidak bisa ditemukan begitupula dokumen-dokumen yang berada didaerah. 
 
Ranting-ranting tertua yang ada adalah ranting Pasuruhan yang sekarang menjadi salah satu ranting di cabang Jati, ranting Gebog yang sekarang menjadi salah satu cabang di Kabupaten Kudus, selebihnya adalah ranting di kota yaitu Demaan, Kauman dan Demangan yang letaknya tidak jauh dengan sekitar menara. Ranting Pasuruhan berdirinya bersamaan dengan cabang kota pada waktu itu memiliki basis yang besar. Muhammadiyah berkembang di sana sangat cepat sekali, melalui dakwah pengajian dan pendidikan. 
 
Ranting Gebog begitu juga berdiri bersamaan dengan adanya cabang di Kudus yang kebanyakan adalah dibawa oleh para pedagang dan petani, di Gebog perkembangan ranting ini juga sangat bagus. Dari hasil pengkaderan yang dilakukan oleh para pendahulunya. Maka Muhammadiyah berkembang di ranting Gebog walaupun desa ini jauh dari perkotaan, namun akses desa ini lebih mudah ke kota karena jalan utama yang lurus dari arah kota ke desa ini sehingga pergerakan dakwah Muhammadiyah lebih mudah. 
 
Ranting Demangan, Kauman dan Demaan adalah ranting yang ada di pusat kota yang sampai sekarang setatusnya masih menjadi ranting Kecamatan Kota, di ranting ini pengajian-pengajian sudah rutin di adakan sehingga ranting ini menjadi ranting yang maju dibanding dengan ranting-ranting yang lain dibidang pengajian yang sudah teratur. 
 
 
2. Fase Kedua Pada Tahun 1980 Sampai Dengan Tahun 2005 
 
Tahun ini sebenarnya tahun ini adalah melanjutkan perjuangan yang sudah ditanamkan di Kudus yaitu melanjutkan pondasi perjuangan Muhammadiyah yang sudah dibangun di Cabang Kota. Perkembangan yang dapat dilihat dari tahun ini adalah perluasan wilayah dan bertambahnya Muhammadiyah di setiap Desa. 
 
Perkembangan fase kedua ini adalah masa-masa meneruskan perjungan yang telah di rintis oleh tokoh-tokoh terdahulunya. Setelah masa ini Kudus sudah menjadi Pimpinan Daerah dan Muhammadiyah Kecamatan Kota sudah memecah menjadi salah satu Cabang di Kudus, yang selanjutnya ada Cabang Gebog, Cabang Jati, setelah itu Muhammaadiyah di Kudus sudah mulai tertata dengan mekanisme dan prosedur yang telah ditentukan oleh pusat, kemudia perkembangan di bidang lembaga Muhammadiyah di Cabang Kota pada tahun ini sudah memiliki dua puluh delapan ranting tapi ada dua yang belum mendirikan ranting yaitu Panjunan dan Glantengan, ada juga ranting yang sudah berdiri namun tidak aktif yaitu kajeksan dan demangan, hal ini di sebabkan karena tidak adanya pengkaderan dari ranting-ranting tersebut sehingga setelah wafatnya tokoh-tokoh tua, tidak ada yang meneruskanhanya ada berberapa partisipan Muhammadiyah namun ia tidak aktif. 
 
Perkembangan di bidang tablig atau dakwah, selama tahun 1980-2005 mengadakan pengajian disetiap ranting ada mengaktifkan kembali ranting-ranting yang sudah tidak aktif melalui pengajian-pengajian, Mendirikan sholat jamaah di ranting dalam artian menghimbau kepada semua warga Muhammadiyah untuk selalu berjamaah di musola-musola atau masjid-masjid yang berada di ranting, Mengadakan pengajian angkatan muda Muhammadiyah dan pengajian Anak-anak. 
 
3. Fase ke tiga tahun 2005 sampai dengan tahun 2013 
 
Pada fase ini Muhammadiyah sudah mapan dalam segala hal. Murm uhammadiyah yang mencapai 100 tahun atau satu abad memberikan isyarat kepada kita bahwa keteguhan dan kesungguhanorang-orang yang berjuang di dalamnya. Begitu juga Muhammadiyah yang berada di cabang kota ini mengalami pertumbuhan dalam ketertiban organisasi memulai untuk mengumpulkan data dan sadar akan pentingnya data-data dokumen yang dimiliki oleh Muhammadiyah cabang kota. 
 
Masa kepemimpinan yang di pimpin Bapak Imam ini mengalami beberapa kemajuan di antaranya adalah: 
Perkembangan di bidang pendidikan yaitu berdirinya SD Muhammadiyah Birul Walidain yang ada di desa Melati Norowito gang 10. Perkembangan Muhammadiyah di Kudus dalam bidang pedidikan tidak begitu menambahkan kuantitas sekolah melainkan mengedepankan kualitas sekolas tersebut, hal ini bisa dilihat sekolah-sekolah Muhammadiyah yang berada di Kudus sangat diminati oleh warga dan menjadi sekolah yang unggulan di Kudus. 
 
Perkembangan di bidang Tabligh yaitu pengajian rutin yang di adakan setiap hari jum’at kedu di Masjid Mujahidin dan jumat ke empat keliling ke ranting-ranting. 
Perkembangan dibidang lembaga hampir bisa dipastikan semua desa sudah masuk menjadi ranting Muhammadiyah hanya saja 2 desa yang belum memiliki ranting yaitu desa Gelantengan dan Panjunan. 
 
C. Kritik dan Saran pada Fase ini: 
 
Muhammadiyah padawaktu setengah dari fase ini masih dibidang pendidikan kurang mensejahterakan anggota dan karyawan dimana kebanyakan para guru dan tokoh-tokoh sukarelawan yang mengajar dan memimpin Muhammadiyah. Tapi setelah setengah periode keatas waktu masa kepemimpinan Bapak Husain, BA yang kedua pemberlakuan terhadap guru yang purna mengajar di berikan santunan yang bisa untuk menjadi modal usaha. 
 
Muhammadiyah pada fase setengah ini banyak yang tidak mau menjadi pimpinan karena tidak ada bayaran. Setelah tahun 2000 Muhammadiyah dicabang kota mulai ada santunan untuk guru dan pimpinan mulai berbodong-bondong untuk berlomba menjadi pimpinan dan kepala sekolah. 
 
Kurangnya penertiban dokumentasi penting sehingga Muhammadiyah di Cabang Kota dan di Kudus umumnya tidak mempunyai data dokumen yang telah lalu.

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website